Oleh
Ir. Ibnu Umar
ABSTRAK
Sampah perkotaan dari hari ke hari semakin meningkat produksinya sejalan dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang meningkat. Pemerintah kota dalam hal ini telah menyiapkan TPS yang mendekati masyarakat, maupun gerobak atau mobil yang beroperasional dari rumah kerumah untuk mengambil sampah yang selanjutnya sampah dibawa ke TPA. Namun demikian sistem yang sedang berjalan tersebut masih belum mampu menyelesaikan permasalah sampah dengan baik dan tuntas.
Oleh karenya diperlukan terobosan baru untuk penangananya, yaitu dengan sistem Silarsatu dengan prinsip sistem pengelolaan sampah tanpa sisa (zero waste system). Sistem ini merupakan pengelolan sampah dengan reaktor sampah terpadu, karena akan melibatkan stokholder secara utuh dan proposional. Pada sistem ini masyarakat dilibatkan secara penuh, pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dan regulator. Masyarakat akan mengelola sendiri sampahnya, masyarakat akan merasa memiliki dan juga akan memperoleh pendapatan dari pengelolaan ini, sedangkan Pemerintah Daerah akan sangat berkurang beban yang ditanggungnya. Partisipasi masyarakat yang diperlukan disini adalah dimulai dari mengemas sampahnya sendiri sesuai dengan jenis sampah yang ada, misal sampah dari rumah tangga, yang selanjutnya dikumpulkan oleh petugas (dari masyarakat) pengumpul dengan gerobak/mobil sampah dan dibawa ke lokasi proses silarsatu. Di lokasi ini sampah tersebut dipilih dan dipilah serta disortasi ulang oleh petugas yang sudah ahli baik memakai alat maupun secara manual menjadi kelompok-kelompok sampah. Dalam proses selanjutnya untuk sampah-sampah diproses sesuai dengan jenisnya, yaitu untuk sampah logam akan dipres dengan alat pengepres, sampah plastik dihancurkan dengan mesin penghancur plastik menjadi bijih plastik, sedangkan sampah organik piproses menjadi kompos dengan mikroba pengurainya (bakteri, jamur, atau cacing) yang selanjutnya dikemas. Semua sampah dengan sistem ini relatif habis menjadi bahan-bahan yang dapat di jual dipasaran yang membutuhkan.
Kata kunci : Terobosan, terpadu, partisipasi masyarakat, silarsatu.
PENDAHULUAN.
Pertumbuhan penduduk perkotan di kota-kota Indonesia pada dekade akhir abad XIX hingga abad abad XX ini mengalami tingkat eskalasi pertumbuhan yang tinggi dan pertumbuhan ini akan berlangsung terus dengan percepatan yang tinggi, meskipun beberapa kota besar seperti jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota lainya telah membangun sistem yang ketat dalam kaitanya dengan pertumbuhan penduduk perkotaan di wilayahnya masing-masing.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang capat akan menambah beban yang tidak ringan bagi suatu kota dalam penyiapan infrastruktur baru, seperti pendidikan, kesehatan, serta pelayanan-pelayan perkotaan lainya, apalagi para pendatang pada umumnya bependidikan rendah, sehingga keadaan ini juga akan lebih menambah beban bagi pemerintah kota.
Salah satu beban yang timbul adalah limbah padat atau sering disebut dengan sampah, sampah sebagai barang sisa yang tidak terpakai baik padat maupun cair dari manusia, sehingga dengan demikian apabila masalah sampah ini tidak dapat dikelola dengan baik maka otomatis akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang selanjutnya akan mengancam kehudupan manusia itu sendiri. Dimana notabene kota-kota di Indonesia sampai sejauh ini belum mampu menangani sampah ini dengan baik.
Dengan adanya pertumbuhan kota yang pesat dan tingkat sosial yang berubah serta teknologi kemajuan manusia berkembang, sampah menjadi masalah yang sirius dan diperlukan penanganan secara seksama secara terintegrasi dengan inovasi-inovasi baru yang lebih memadai ditinjau dari segala aspek, baik itu aspek sosial, aspek ekonomiu maupun aspek teknis. Dalam kondisi sekarang ini penanganya menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia, sebab pertumbuhan kota di indonesia akan terus berlangsung dengan percepatan yang tidak juga berkurang bahkan ada kecenderungan terus meningkat.
Kondisi yang demikian dapat diprediksikan bahwa kedepan bahwa kota juga akan memproduksi sampah lebih banyak dan lebih bervariatif, oleh karenanya apabila tidak dilakukan penanganan yang baik sejak sekarang ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air dan udara, yang pada giliranya kehidupan perkotaan dihadapkan kepada kehidupan yang tidak sehat lagi.
TUJUAN PENULISAN.
1. Mengkaji dan melihat kelemahan-kelemahan maupun permasalahan yang telah dan mungkin akan timbul dari cara pengelolaan sampah dengan sistem yang sedang diterapkan; dan
2. Menyajikan alternatif solusi pengelolaan sampah yang dipridiksikan akan dapat diterapkan di lapangan dan mampu menyelesaikan permasalahan sampah dengan baik.
PROTRET PERSAMPAHAN KOTA-KOTA DI INDONESIA
Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3). [Bapedalda, 2000]. Selain Jakarta, jumlah sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung. Kota metropolitan lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil.
Dalam kehidupanya sehari-hari setiap manusia memproduksi sejumlah sampah dalam bentuk padatan dengan volume antara 3 – 5 liter atau sekitar 1 – 3 kg sampah perhari, baik sampah organik (tinja, sisa dapur, sisa makanan) maupun sampah anorganik (kertas, plastik, kaca, logam, dlsb.). Rasio bahan organik dengan bahan anorganik sampah adalah antara 1 : 3. Jumlah tersebut tidak termasuk cairan (urin dan cairan sanitasi) yang dapat mencapai 50 – 350 liter per hari (Roni Kastamanet et al., 2007)
Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel et al., 1985).
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat tidak membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengleolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sapah bersifat terpusat. Misanya saja, seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuag di Tempat Pembuangan Akhir di daerah Bantar Gebang Bekasi. Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dan sampah kering. Padahal, dengan mengelola sampah besar di tingkat lingkungan terkecil, seperti RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos maka paling tidak volume sampah dapat diturunkan/dikurangi.
Estimasi Total Timbulan Sampah Berdasarkan Jenisnya Kota Metropolitan/Besar (26 kota dengan total penduduk 40,1 juta):
Jenis Sampah Jumlah(juta ton/tahun) Persentase (%)
Sampah Dapur 22,4 58%
Sampah Plastik 5,4 14%
Sampah Kertas 3,6 9%
Sampah Lainnya 2,3 6%
Sampah Kayu 1,4 4%
Sampah Kaca 0,7 2%
Sampah Karet/Kulit 0,7 2%
Sampah Kain 0,7 2%
Sampah Metal 0,7 2%
Sampah Pasir 0,5 1%
=====================================================================
TOTAL 38,5 100%
(Kantor Negara Lingkungan Hidup, 2008)
Berdasarkan asal atau sumbernya sekurang-kurangnya data pada 5 tahun terakhir
besaran sampah di kota-kota indonesia sebagai berikut :
Permukiman 16,7 juta ton/tahun
Pasar 7,7 juta ton/tahun
Jalan 3,5 juta ton/tahun
Fasilitas Umum 3,4 juta ton/tahun
Perkantoran 3,1 juta ton/tahun
Industri 2,3 juta ton/tahun
Lainya 1,8 juta ton/tahun
(Kantor Negara Lingkungan Hidup, 2008)
Jumlah penduduk terlayani mencapai 130 juta jiwa atau sebesar 56 % dari total penduduk Indonesia, sedangkan pelayan antar daerah/kota berbeda. Contoh wilayah P Jawa sudah rata-rata mencapai 59 %, sedangkan sumatera baru 48 %. Tidak semua sampah dapat diangkut ke TPS/TPA, sehingga ditemukan berbagai macam system penanganan sampah dilakukan oleh masyarakat. Sistem penanganan sampah setelah sampah dikumpulkan masyarakat dari permukiman adalah sebagai berikut :
Sampah diangkut ke TPS/TPA 11,6 juta ton/tahun
Tidak ada komentar:
Write comments